Friday 29 May 2009

“CHOCOLATOS…”


Ini nih cemilan baru yang jadi favoritku. Gery CHOCOLATOS. Aku bukan duta Gery CHOCOLATOS yang punya tugas mempromosikan produk tersebut, lho. Hanya saja aku kepingin berbagi pengalaman nikmatnya makan Gery CHOCOLATOS (hehehe…appaa seeeh).
Tapi bener deh, cemilan yang satu ini enak banget (terutama bagi penggemar yang manis-manis-kayak aku-hehehe). Modelnya tuh bulat panjang berisi coklat ditengahnya. Rasanya manis, tapi menurutku gak bikin eneg.
Aku biasanya menikmatinya dengan secangkir teh panas. Wuih, indahnya dunia. Mo lebih enak lagi? Sebelum dimakan, taruh dulu di dalam kulkas, biar tengahnya jadi padat. Jadi pas digigit, kerasa banget coklatnya.
Sampai-sampai Ayahku ikut-ikutan suka. Tapi beliau gak tau gimana cara mengeluarkan sang Gery CHOCOLATOS dari bungkusnya (harus super hati-hati…soalnya fragile sih). Jadilah sang Gery CHOCOLATOS berantakan, remah-remahnya bertebaran dimana-mana.
Bagi yang berhati-hati dengan kehalalan produk “makanan”, tenang aja dibungkusnya ada kok label halal MUI. Tapi soal kandungan gizi, aku gak begitu mengerti : bergizi atau tidaknya (ada yang tahu???) Yang aku tahu, Gery CHOCOLATOS mamamia lezatos…

Wanna Join me???

PS : postingan diatas penting gak seeeh? Penting gak penting yang penting bangeeettt, eh yang penting posting…

Wednesday 27 May 2009

Di Tahun-tahun Pertama


Setelah membaca sebuah postingan di blog seseorang, aku jadi terinspirasi menulis ini. Aku ingat saat-saat pertama masuk ke dunia kerja. Waktu itu umurku masih…ehm…19 tahun karena begitu lulus Program D1 milik pemerintah, aku langsung terjun ke dunia pegawai.

Kebayang gak sih? Di saat sebayaku sedang menikmati dunia kuliah : bertatap muka dengan dosen, berkutat dengan tugas kuliah yang setumpuk, wara-wiri ke perpustakaan, nongkrong sehabis kuliah, menengadahkan tangan sama ortu (hehehe piss anak kuliah), ngecengin senior cakep, nguber-nguber junior yang imut, ikut organisasi kampus, bikin geng kampus, dll, (dunia kuliah di awal 20an yang gak pernah aku rasakan), aku malah melakukan “daily activities” datang jam 8 pagi pulang jam 5 sore.


Menerima perintah dari siapapun yang merasa berhak memerintah, melakukan tugas dan tanggung jawab harian, berkutat dengan surat-surat, bergaul dengan orang yang kebanyakan jauh lebih dewasa, bukan dengan sebaya yang bisa diajak “gila”, lembur di hari sabtu ketika pekerjaan tidak bisa diselesaikan di hari-hari biasa, dimintai duit ketika kemenakan2 datang bertandang ke rumah (orang tuanya gak ketinggalan…hehehe) etc.

Belum lagi menghadapi orang-orang yang lebih dewasa yang harus dihormati, yang gak mau disaingi sama anak bawang. Kebetulan pas di awal masuk kerja, big bossku baik banget. Aku dan beberapa teman senior lulusan D1, sering di ajak jalan-jalan ma boss. Entah itu sarapan, makan siang, etc. Kami juga sering diajak pulang bareng. Gak diantar pulang sih paling nebeng sampai ditempat angkot. Boleh dibilang, kalo ada apa-apa dikit-dikit kami, sikit-sikit kami. Hal itulah yang bikin iri orang-orang yang lebih dulu ada di kantor itu dan lebih dulu akrab dengan si boss. Setiap kali kami habis keluar ma boss (rame-rame nih) “mereka” yang gak diajak, akan ngeliatin kami dengan tatapan :”hhh…I wanna kill u…!” (hehehe lebay…). Duh, beban, bo!

Kemarin aku dan temanku sempat ngobrol juga, dia bilang dari segi psikologis, emang D1 kurang bagus, soalnya banyak yang belum siap dengan dunia kerja. Katanya sih…itu sebabnya D1 diinstansiku akan dihilangkan (katanya….gak tau ya, benar atau gaknya) yang ada D III.

Dan ternyata dia juga begitu awal masuk kerja, ketika teman-teman SMUnya, saban sabtu ngajakin dia nongkrong, dia harus terjebak dalam lembur panjang, sampai-sampai dia nangis karena gak bisa ikutan gaul ma teman-temannya waktu itu, hehehe.

Mungkin masih mending bagi yang setelah lulus penempatannya di kampung halaman. Gimana dengan yang penempatannya diluar kampung halaman, diluar pulau, di luar propinsi? Pasti adaptasi dan bebannya lebih gede lagi.

Tapi…semua ada hikmahnya kok. Sekarang ketika aku dah merasa mapan dari segi ekonomi (rasanya sih…), ketika aku dah enjoy dan cinta sama my daily activities, teman-teman seangkatanku di SMU, masih banyak yang sibuk nyari kerja. Bahkan baru-baru ini aku ketemu temanku di SMU dulu, dia bilang dia masih nabung buat daftar jadi PNS (di luar propinsiku lagi). Sedangkan aku? Dah tahunan jadi pegawai hehehe.

Yep, that’s the way God lead our life. In different way…I Think.

Monday 25 May 2009

Benteng Fort Rotterdam, DAMRI dan Cewek Egois


Fact : dibangun tahun 1545 oleh Raja Gowa X Tunipallangga Ulaweng

Bagiku benteng fort Rotterdam menyimpan kenangan khusus. Sebuah pengalaman yang tidak bisa kulupakan. Dan itu terjadi ketika aku kelas satu SMP.

Hari itu aku dan teman-teman sekelas ikut darmawisata ke benteng tersebut. Kami diminta ikut menonton acara pagelaran budaya yang akan digelar di halaman benteng dan kami diberi tugas untuk membuat semacam essai. Kami menunggu dari pagi hari tapi rombongan pagelaran budaya tersebut tidak kunjung datang hingga siang hari. Rasa lapar mulai menggelitik perut kami. Untunglah di depan benteng banyak penjual makanan, mulai bakso, es teler, dll, kami pun mulai jajan. Setelah makan kami melanjutkan perjuangan kami : menunggu.Dari tadi pagi sampai siang kami sudah keliling kompleks benteng. Sebagian teman-teman memilih menunggu sambil duduk di bawah pohon, sebagian yang lain ngoral-ngidul tidak tahu kemana. Guru pembimbing yang membawa kami memutuskan pulang. Tapi kami tetap harus menunggu karena kami mendapat berita lagi, kalau rombongan akan segera tiba.

Waktu ashar pun tiba, tapi rombongan yang dituju tidak kunjung tiba. Kami pun mulai bosan, berhubung dulu belum ada HP, kami tidak bisa menghubungi guru pembimbing kami. Akhirnya, kami memutuskan untuk pulang. Tapi yang menjadi masalah adalah, aku sama sekali tidak tahu rute pulang. Aku tidak tahu harus naik apa, dan dimana. Aku hanya mengikut temanku yang katanya tahu jalan pulang. Berhubung uang kami rata-rata sudah seret karena jajan, akhirnya kami berjalan kaki menyusuri pantai menuju halte DAMRI.

Aku masih ingat betapa riangnya kami melewati pantai losari, melihat landak laut yang berlompatan ditiup angin. Ada banyak landak laut. Aku berjalan beriringan dengan dua orang sahabatku sebut saja namanya : lia dan ina. Sementara yang lain sudah mendahului di depan. Aku tidak bisa berjalan terlalu cepat. Karena lia mengalami sesuatu pada kakinya, sehingga dia tidak bisa berjalan cepat. Apalagi dia perlu beristirahat sejenak ketika dia merasa kakinya lelah melangkah. Kami tetap berjalan beriringan sambil tertawa-tawa menghindari landak laut yang lewat di depan kami.

But…something wrong happened

Kami semakin jauh tertinggal, kami berusaha memanggil-manggil, tapi teman-temanku yang berada di depan sudah terlalu jauh. Kami pun mulai panik. Kami berusaha mengejar, tapi kondisi lia tidak memungkinkan. Akhirnya kami pasrah. Kami berjalan sesuai insting saja. Untunglah sebuah DAMRI lewat di depan kami, tanpa pikir panjang kami naik damri itu, walaupun sebenarnya kami tidak tahu DAMRI itu akan kemana. Kami menarik nafas lega karena ternyata kami melewati rombongan teman-teman kami yang lain. Berarti kami tidak salah jalan.

But…something wrong happened again…

DAMRI yang kami tumpangi tiba-tiba melaju sangat cepat seperti kesetanan sampai oleng kehilangan keseimbangan. Orang-orang dalam DAMRI berteriak histeris. Keadaan kocar kacir. Tapi saat itu aku hanya bengong memperhatikan orang yang panik. Lia dan ina sudah berteriak-teriak dan menangis. Perlahan aku sadar, aku melihat sebatang pohon yang menjadi tujuan DAMRI itu, sebentar lagi akan terjadi tabrakan! Bagaimana keadaanku nanti? Apa aku akan mati? Dan penumpang yang lain? Aku panik. Tapi tidak bersuara. Tiba-tiba laju DAMRI melambat…sepersekian detik sebelum tabrakan, DAMRI berhenti. Ternyata kenek DAMRI berhasil mengambil alih kemudi. Pak Sopir mabuk. Kami berebutan keluar DAMRI isak tangis terdengar di mana-mana. Akhirnya, akupun menangis. Aku, lia dan ina berpelukan menangis sesenggukan.

Waktu hampir senja…kami berjalan terseok-seok tidak tentu arah, kami letih, kami benar-benar berantakan. Karena tidak tahu jalan kami memutuskan naik becak bertiga. Padahal kami sendiri tidak tahu seberapa jauh perjalanan kami. Tukang becak itu sepertinya juga tidak tahu. Dan mungkin dia menyesal telah mengangkut kami. Dengan baju bersimbah peluh, dia menerima ongkos yang sebenarnya tidak pantas untuk perjalanan sejauh itu, tapi hanya itu duit kami yang tersisa. Kami pun pulang ke rumah masing-masing.

Keesekokan harinya, kami menemukan kenyataan yang shocking.

Ternyata, teman-teman yang lain meninggalkan kami karena kata-kata seorang teman cewek yang lain. “Udah deh, mereka gak usah ditunggui, mereka juga pasti tahu jalan pulang…” begitu katanya.

Teman yang kami tidak sangka akan berbuat begitu. Padahal dia tahu kondisi lia. Kami pun hanya bisa terdiam mengenang kejadian mengerikan yang menimpa kami kemarin. Sementara teman-temanku meminta maaf karena meninggalkan kami, dia sama sekali tidak bergeming. Mungkin, dia merasa tidak melakukan kesalahan apa-apa. Yah, mungkin dia memang tidak salah. Hanya saja aku benar-benar tidak bisa melupakan kejadian “hampir mati” (menurutku) itu sekaligus tidak bisa melupakan cewek cantik egois itu.


Friday 22 May 2009

"Menjaga Hati"


Hari ini aku belajar suatu hal tentang etika dalam bergaul. Tentang bagaimana kita seharusnya bisa menjaga perasaan orang lain. Ceritanya begini : pagi ini aku keluar makan bersama teman-teman seruangan (kantor). Pas lewat ruangan lain, seorang teman seruanganku mengajak salah satu teman di ruangan itu sebut saja namanya “A”, “A” pun ikut.

Ternyata, sampai di tempat makan, kami bertemu dengan orang-orang seruangan “A”. Dan salah seorang teman seruangan “A” berkomentar begitu melihatnya : “Yah…A…pembohong, katanya tadi gak mau sarapan karena dah punya sarapan sendiri” Si “A” cuman mesem mendengar komentar itu. Kemudian dia bilang begini pada kami :
A : “Terserah dia mo bilang saya pembohong, saya gak bohong dibilang bohong juga. Sebenarnya tadi saya diajak. Tapi itupun sepertinya saya diajak karena ada seseorang yang gak bisa ikut. Artinya saya jadi pilihan terakhir. Waktu mereka mau pergi pun mereka bisik-bisik, saling kode seolah-olah mereka emang gak mau saya tahu (soalnya emang cuman dia yang gak ikut). Mereka tidak mengajak saya dari awal. Nanti setelah si X gak bisa pergi, mereka baru ngajak saya. Yah saya tolak saja saya bilang dah ada makanan sendiri. Sepertinya mereka memang gak niat ngajak saya, karena caranya begitu. Dan begitu kalian yang ngajak, saya senang karena emang kalian niat tulus ngajak saya.”

Saya hanya diam menyimak kalimat si “A”. Saya berpikir, sering tanpa sadar (atau mungkin sengaja?) kita melakukan hal yang menyakiti orang lain. Seperti yang dilakukan teman seruangan si “A”pada si “A”. Akupun mungkin pernah melakukan hal ini. Menjadikan orang lain sebagai pilihan terakhir untuk kita ajak padahal kita mungkin seruangan di kantor, mungkin kita se geng, teman akrab, teman jalan, atau apalah. Merencanakan sesuatu tanpa melibatkan mereka, sambil bisik-bisik di belakang mereka, tanpa melihat resiko mereka mungkin tahu rencana kita. Mungkin alasan kita adalah karena si A, Si B atau si C itu tidak asik diajak bergaul, atau kurang sreg dengan kita. Mungkin juga tidak bermaksud begitu.Tapi pernahkah kita berpikir tentang perasaan si A, si B atau si C itu? Mungkin kelihatannya dari luar dia cuek saja, tidak peduli. Tapi mereka tetap punya hati kan?

Mungkin basa-basi itu perlu. Ajak saja dia. Kalau memang kita tidak ingin dia ikut, karena ada suatu hal rahasia yang ingin dibicarakan, minta ijinlah sama si A, atau si B atau si C, terlebih kalo mereka adalah orang yang akrab dengan kita. Bisa dengan becanda : “sori ya aku gak ngajak kamu soalnya ada yang mau dibicarakan. RHS.” Jangan pergi diam-diam, karena itu akan membuat ketersinggungan. Apalagi jika si A, si B atau si C merupakan tipe orang yang bisa memaklumi, katakana saja terus terang, dia akan mengerti, kenapa dia tidak dilibatkan.

Atau kalau memang dia menyebalkan, menjengkelkan seperti virus yang harus dihindari, cobalah menekan resiko sekecil mungkin dia tahu rencana kita. Jangan berbisik-bisik dan saling kode, di sekitar dia. Karena menurutku, se menyebalkan dan secuek apapun dia, dia manusia juga, yang masih punya hati, dia pasti akan merasa tersinggung jika dia tahu kita melakukan suatu hal yang semestinya kita bisa melibatkan dia, tetapi kita tidak melakukannya.

Semoga aku juga bisa belajar untuk lebih menjaga perasaan orang lain…

PS : Eh Tapi tahu gak sih ? Pepatah yang bilang : bau busuk akan tercium juga...(bener gak sih begini pepatahnya). Pasti deh kalo kita melakukan sesuatu dengan menghianati orang bakalan ketahuan, bagaimanapun caranya...

Tuesday 19 May 2009

"Enjoy Your Life"


It’s so nice to be here. Di tempat se cozy ini sambil menikmati ice cream sandwich---nama menunya "baretta ice cream" (roti yang biasa buat hotdog, tengahnya tuh dikasih es cream tiga rasa, trus di kasih lelehan coklat n ditaburi kacang almond kering…yummy), ditemani lagu-lagu yang dinyanyikan Olivia, tembang lawas yang diaransemen ulang kayak LOVE yang sekarang ini lagi mengalun lembut. Wuih. Rasanya tidak mau beranjak dari tempat duduk. Sambil ngobrol ma teman. Yang jelas ga ngegosipin orang.

Life is beautiful, isn’t it?

Kita bisa menikmati indahnya hidup dengan berbagai cara salah satunya mungkin dengan cara ini. Duduk-duduk sambil menikmati makanan favorit dan mendengarkan musik yang disuka. Gak mesti di tempat mahal, di rumah juga boleh. Atau membaca buku favorit sambil mendengarkan musik lewat headset, itu juga asik.

Hidup bisa dinikmati dengan cara apapun, yang jelas gak melewati batas norma. Setuju???

PS : Sometimes we need to break from our daily activities, to enjoy our selves.

Wednesday 13 May 2009

"Email buat Arya"

Hai Arya....
Kamu pasti masih di kantor kan? Dan kamu pasti masih mengerjakan desain iklan yang dipesan pak Hendra kemarin. Maaf ya aku tidak bisa membantumu. Kamu tahu kan? Mulai hari ini aku cuti, karena seminggu lagi aku akan menikah.
Aku masih tidak percaya, akhirnya aku menikah juga...hahaha. Konyol ya?

Arya...sebenarya ada yang ingin aku ceritakan padamu sebelum aku menikah. Sebuah rahasia yang selama ini kusimpan rapat-rapat. Aku ingin menceritakan tentang seseorang...

Hari itu...empat tahun yang lalu, aku mengikuti sebuah tes wawancara di sebuah perusahaan iklan terkenal di Jakarta. Aku lihat pria itu, dengan gaya cuek tapi terlihat cerdas. Badannya tinggi, kulitnya bersih, kacamata bertengger manis di hidungnya yang mancung. Mungkin waktu itu dia melihat wajahku yang sepucat salju (yah begitulah jika aku gugup) dia mendekatiku dan berkata : "mo wawancara?" Aku mengangguk. Dia tersenyum dan kemudian mengeluarkan permen karet dari sakunya dan menyodorkan padaku “Nih, makan ini. Kata orang mengunyah permen karet bisa sedikit membuat rileks…”. Kemudian dia berlalu begitu saja.

Akupun diterima di perusahaan itu. Dan yang membuatku senang aku ternyata satu divisi dengan pria itu. Berdekatan pula duduknya denganku. Kami hanya dibatasi dinding kubikel. Sikapnya yang hangat membuat aku yang kaku dengan mudah akrab dengannya. Mulanya aku geer. Tapi melihat sikapnya kepada yang lain, aku jadi paham, dia tidak sedang sengaja memberi aku perhatian lebih. Kami pun selalu bersama-sama. Kami team work yang kompak. Banyak yang bilang kami pasangan serasi. Tapi entah kenapa aku meragukan itu.

Aku gadis biasa, sederhana, fans-fansku pun sama. Orang biasa, sederhana. Ada Faiz yang berkacamata tebal dan agak culun, ada Agung yang pemalu dan agak kuper, ada Firmansyah yang sangat sederhana, tapi bukan itu alasanku menolak mereka tetapi sepertinya hatiku telah terpaut pada pria itu.

Sedangkan pria itu? Lihatlah fans-fansnya, ada maya sekretaris Pak Bambang, ada yuri seorang klien kita, ada Fiona anak baru di kantor, dan lainnya. Mereka semua secara fisik adalah wanita-wanita yang cowok akan susah menolaknya. Tapi aku tidak pernah melihat pria itu bergeming. Eh, pernah sih sekali dua kali sepertinya dia juga tertarik, tapi dia tidak pernah mendekati mereka secara nyata.

Ada yang bilang padaku, sebenarnya pria itu mencintaiku. Tapi mana buktinya? Dia tidak pernah mengatakannya padaku. Sikapnya? Aku sudah terlalu sering bersamanya. Sehingga sulit buatku untuk Ge-er. Aku menunggu dalam diam. Sementara kebersamaan kami tetap sama.

Hingga kemudian sebulan yang lalu, gossip menyebar di kantor. Aku akan menikah, dan pria itu bertanya padaku : “Gosip itu benar?” Aku hanya tersenyum menanggapinya. “Sari, gosip itu benar…?”
“Memangnya kenapa kalau itu benar?”

Pria itu diam. Aku merasakan sesuatu di tatapan matanya. Saat itu aku berharap dia akan mengeluarkan kata-kata yang akan menahanku. Tapi tidak. Dia hanya diam. Ah, mungkin dia memang tidak pernah mencintaiku, seperti seorang pria kepada seorang wanita.
Arya…kamu tahu kan pria itu siapa? Aku mencintainya Arya. Sangat mencintainya. Aku berharap dialah yang ada di sampingku di pelaminan nanti. Tapi aku lelah Arya. Aku lelah menunggu. Menunggu sesuatu yang hanya bayanganku.

Udah dulu ya Arya…terima kasih sudah mau mendengar curhatku…

Jangan lupa makan malam, kamu suka sekali lupa makan kalau sudah bekerja.

Salam manis,

Sari


Arya berusaha menahan luapan perasaannya saat membaca email itu. Hatinya serasa teriris-iris. Dibukanya laci meja dan dikeluarkannya sebuah kotak perhiasan. Dibukanya kotak itu. Sebuah cincin. Diambilnya cincin itu, sebuah nama terukir di baliknya : Arya.
Sari maafkan aku, aku telah menyiksamu dengan penantian. Padahal semestinya aku memberikan cincin ini dari dulu padamu, bukannya malah terus berkutat dengan ketakutan akan sebuah penolakan. Kau begitu berharga buatku Sari. Dan aku tidak ingin kehilangan dirimu…tapi sekarang aku telah kehilanganmu…

"Selentingan"


“Terlalu sadis caramu…menyingkirkan diriku….(oke, stop! Sampai di sini saja lirik lagunya Afgan : sadis)

Lirik lagu ini nge pas banget untukku begitu mendengar “selentingan” tentang diriku yang beredar di kalangan tertentu. Halah. Rasanya seperti makan buah simalakama (emang pernah…?). Dan gak tanggung-tanggung di “selentingan” itu aku mendapat peran antagonis…tengkyu…tengkyu…kalian begitu memahamiku…(sambil melambaikan tangan dan tersenyum…eits tapi jangan salah ! Gak liat apa ada api berkobar di belakangku…panaaaasss !!!)

Aku mencoba menganalisa selentingan itu…hmm…kira-kira siapa ya yang suka menyelenting (ada dalam kamus bahasa Indonesia gak?). Begitu sebuah bentuk kesadaran menjelma di depanku…kyaaaa…aku terpesona sampai tidak bisa berkata apa-apa. Mereka kah itu? Ow…ow…ow. Kupilih untuk menjelaskan semua versiku pada pembawa “selentingan” itu. Whatever dia percaya atau tidak. Yang jelas that’s the truth. Aku tidak akan berusaha mengkonfrontasi “selentingan” itu. Cukup bertindak jujur, dan tidak berpura-pura “like nothing happened”.

“Semoga Tuhan membalas semua yang terjadi kepadaku suatu saat nantiiiiiiiiiiiiiii…..” (oke stop lagi ! Afgan : Sadis)

Astagfirullaah, cepat-cepat aku istigfar…dan mengelus dada . Kata Ustadz Dimas : Allah, SWT, rindu pada kita makanya dia memberi kita masalah, agar kita datang untuk memohon bantuanNya, agar kita mau berjumpa dengan-Nya. Semoga aku bisa mengambil ibrah dari semuanya. Bukannya mencari siapa yang benar dan salah (well…I’m trying) But, Honestly I can’t be like I used to be. Karena aku bukan seseorang dengan jiwa besar yang bisa memaafkan tanpa diminta (I Guess So, tapi…aku akan berusaha menjadi seseorang yang berjiwa besar…) Sedikit demi sedikit aku merasakan ketenangan (seperti ada air sejuk mengalir, tsaaa…). Dan instrospeksi diri. Mungkin dulu terlalu banyak tawa (kadang-kadang sampai lupa diri….tapi gak pake narkoba lho), mungkin terlalu banyak ghibah, mungkin terlalu banyak wasting time.

And Now…far away make me see clearly…

Maybe this is the way God warning us…

And Now….I wanna sing : Jagalah hati jangan kau nodai jagalah hati karunia Ilahi…(AA’Gym : Jagalah hati)



PS : Seorang kawan bilang padaku : yang tahu diri kita adalah diri kita sendiri…so apapun kata orang : anjing menggonggong kafilah berlalu, tengkyu friend…

Thursday 7 May 2009

First Love Story

Aku ingin membuat postingan dengan label Love Story isinya tentang kisah cinta anak manusia. Sumbernya dari curhatan orang, pribadi mungkin, atau kisah orang yang aku dengar dari orang lain, deesbe. Aku membuat label ini karena aku ingin berbagi kisah dengan orang lain.

So this is my first post :


Terbaik Untukku

Aku kenal gadis itu. Gadis berjilbab dan berkacamata di Fakultas Ekonomi. Tapi kami jarang bertemu, karena kami berbeda fakultas. Aku di Fakultas Tehnik. Aku tahu dia masih ada hubungan keluarga jauh denganku. Namanya Nurul. Menurutku dia manis, apalagi jika tersenyum, karena sederet giginya yang rapih akan terlihat. Tapi hanya itu. Aku tidak pernah berusaha mengenalnya lebih jauh. Dasar aku memang cowok pendiam. Soal cewek aku boleh diacungi jempol tapi diputar 180 derajat.

Setelah selesai kuliah, aku ikut balai pelatihan kerja. Kemudian aku dikirim ke Jepang, bekerja di sebuah perusahaan mobil terkenal di sana, sebagai buruh. Tapi sebagai buruh di Jepang kehidupanku berkecukupan. Dengan gajiku, orang tuaku akhirnya bisa menunaikan ibadah haji. Selama di sana tak sedikit pun aku tertarik dengan gadis Jepang. Secantik apapun mereka. Aku masih lebih suka wanita Indonesia. Dan Nurul…? Aku tidak pernah tahu kabarnya. Bagaimana mau tahu? Aku tidak pernah berusaha mencari tahu. Tiga tahun di Jepang akhirnya aku kembali ke Indonesia. Ke kampung halamanku sebuah kecil di daerah Sulawesi Selatan. Aku kembali jadi pengangguran.

Tidak berselang beberapa lama, kakakku yang tinggal di Palu, Sulawesi Tengah, mengajakku tinggal bersamanya sekalian mencari pekerjaan. Kebetulan dia punya banyak koneksi di sana. Aku pun berangkat dan diterima bekerja sebagai pengajar di sebuah sekolah menengah atas terkenal. Hidupku berjalan seperti biasa. Aku tidak pernah memikirkan masalah jodoh bagiku jodoh akan datang di saat yang tepat. Aku sempat membina hubungan dengan sesorang tapi hubungan itu kandas di tengah jalan. Saudara-saudaraku blingsatan melihatku. Umurku sudah 32 tahun dan aku belum menikah. Apalagi aku sudah punya pekerjaan tetap.

Akhirnya suatu hari kakak perempuanku menyodorkan dua nama. Aku kaget melihat salah satu nama yang disodorkan padaku. Nurul Aulia Rahmadani. Ada sesuatu yang berdesir di hatiku. Sesuatu yang jarang terjadi padaku. Tapi aku tidak langsung memberi jawaban.

Segala cara dilakukan oleh saudaraku untuk membujukku. Terutama lewat kemenakan yang paling dekat denganku. Dia sering mengajakku keluar makan, sekedar untuk mengorek keterangan dariku. Seminggu, dua minggu, aku masih belum yakin. Kusertakan kedua nama itu dalam setiap sujud terakhirku dalam sholat tahajjud. Dan akhirnya di minggu ketiga hatiku mantap memilihnya. Nurul Aulia Rahmadani. Dan keluargaku pun bersorak gembira mendengarnya.

Ketika pertama kali melihatnya dengan kebaya pengantin putih, hatiku bergetar dan aku semakin yakin jika dia adalah jodoh yang dikirim Tuhan untukku. Dan setelah hampir tiga tahun membina rumah tangga dengannya aku semakin yakin dia adalah yang terbaik untukku.

Tuesday 5 May 2009

Jensen Ackles


Melihat aktingnya di Supernatural, banyak cewek yang kepincut. Bagaimana tidak? cowok yang lahir di Dallas, Texas, Amerika Serikat tanggal 01 Maret 1978 emang cuakep banget, aktingnya juga keren, sebagai pemburu hantu,setan, iblis n sejenisnya, yang rela melakukan apa saja demi melindungi adiknya, walaupun harus melakukan kesepakatan dengan iblis agar adiknya, sam, hidup kembali.

Aku juga begitu, gara-gara melihat aktingnya di supernatural, aku jadi jatuh cinta hehehe. Alias mengidolakannya. Akupun mulai googling foto-foto n wallpaper supernatural n Jensen Ackles. Artikel tentang Jensen Ackles juga. Nah dari salah satu komen di blognya toetoet, aku tahu klo ternyata doi dah merit n punya anak. Istrinya aktris juga namanya Sarah Carter (klo ini aku belum googling fotonya…penasaran juga…).

Waktu baca komen-komen di blog itu, aku gak nyangka klo ternyata fansx Jensen banyak juga. Ya ialah, secara cowok secakep n se macho doi. Hehehe. Aku juga baru tahu klo ternyata doi pernah main di Dawson’s creek season empat sebagai CJ. Aku lupa-lupa ingat. CJ itu yang mana ya? Kan dulu aku juga penggemarnya Dawson’s creek.
Kesimpulannya sih physically doi emang menarik buat dijadikan idola…
PS : baru kali ini aku punya idola bintang film lagi, setelah Keanu Reaves hehehe

Friday 1 May 2009

RelationShip



Aku punya pendapat sendiri tentang sebuah hubungan atau relationship. Aku ingin membatasinya sebatas hubungan persahabatan. Karena jika aku mengikutkan hubungan percintaan maka seakan-akan aku akan menjadi pembela “orang ketiga”.

Dalam hubungan persahabatan, kehadiran orang ketiga akan membuktikan seberapa tangguh hubungan persahabatan yang telah kita jalin. Ada yang bilang untuk menemukan seseorang yang tepat, kita harus bertemu dulu dengan beberapa orang. Ada yang membuat kita tertawa ada yang membuat kita menangis. Dan ketika kita bertemu dengan orang yang tepat dialah yang mampu membuat kita menangis dan tertawa. Kita merasa cocok dengannya begitu juga sebaliknya karena tidak ada orang lain di luar kita yang memiliki sesuatu yang berbeda, dan sebenarnya mampu mengisi ruang kosong hubungan antara kita dan sahabat kita.

Ketika sebuah jalinan persahabatan garing, renggang, atau bahkan putus, mungkin kita perlu instrospeksi diri, tapi ketika kita tidak menemukan kesalahan yang berarti, jangan menyalahkan diri kita terlalu dalam dan tidak usah mencari siapa yang salah. Anggap saja persahabatan yang pernah kita jalin kemarin, adalah sebuah perjalanan yang harus kita lalui untuk membantu kita dan sahabat kita menemukan orang yang tepat. Untuk mengukur diri kita dengan siapa kita merasa cocok. Mungkin untuk mengetahui kecocokan itu dibutuhkan waktu yang lama : setahun, dua tahun, atau bahkan bertahun-tahun.
Saat kita merasa cocok, dan tiba-tiba orang ketiga hadir, mengubah semua cerita antara kita dan sahabat kita, anggap saja, memang sebenarnya kalian tidak cocok. Hanya saja perlu seseorang untuk menyadarkan kita ke realita sebenarnya. Karena orang ketiga adalah sebuah pilihan. Kita menerimanya atau tidak.

Jika orang ketiga itu mampu menambah kaya persahabatanmu terimalah ia sebagai sahabat baru. Tapi jika orang ketiga tersebut membuatmu sadar ketidakcocokan antara kamu dan sahabatmu, relakanlah dia bersama sahabatmu. Pesanku cobalah bertahan dengan persahabatanmu. Tetapi jika engkau merasa tidak nyaman lagi, jangan paksa dirimu untuk terus bertahan, hanya karena ingin dianggap baik, dan menyenangkan. Aku rasa itu tidak perlu. Kembangkanlah sayapmu dari carilah sahabat baru. Karena dunia ini masih penuh dengan orang-orang yang mau bersahabat denganmu. Dan dengan sahabatmu? Jangan putus tali itu. Biarkan dia renggang. Tetapi tetaplah berhubungan dengannya. Bukan membenci. Berdirilah di luar lingkaran jika kamu ingin tahu apa yang terjadi di lingkaran itu. Dan ambillah tindakan yang tepat. Bila menjauh dari lingkaran itu adalah yang tepat, jangan pernah ragu melakukannya.

Tapi jika engkau masih ingin berada dalam lingkaran itu, jangan pula ragu melakukannya, perbaiki apa yang menurutmu masih bisa diperbaiki, akui kesalahan jika memang ada. Dan cobalah tegar terhadap basa-basi maupun penolakan. Karena untuk yang satu ini butuh kekuatan besar dari dalam dirimu, untuk kembali menjadi seorang sahabat……