Monday 25 May 2009

Benteng Fort Rotterdam, DAMRI dan Cewek Egois


Fact : dibangun tahun 1545 oleh Raja Gowa X Tunipallangga Ulaweng

Bagiku benteng fort Rotterdam menyimpan kenangan khusus. Sebuah pengalaman yang tidak bisa kulupakan. Dan itu terjadi ketika aku kelas satu SMP.

Hari itu aku dan teman-teman sekelas ikut darmawisata ke benteng tersebut. Kami diminta ikut menonton acara pagelaran budaya yang akan digelar di halaman benteng dan kami diberi tugas untuk membuat semacam essai. Kami menunggu dari pagi hari tapi rombongan pagelaran budaya tersebut tidak kunjung datang hingga siang hari. Rasa lapar mulai menggelitik perut kami. Untunglah di depan benteng banyak penjual makanan, mulai bakso, es teler, dll, kami pun mulai jajan. Setelah makan kami melanjutkan perjuangan kami : menunggu.Dari tadi pagi sampai siang kami sudah keliling kompleks benteng. Sebagian teman-teman memilih menunggu sambil duduk di bawah pohon, sebagian yang lain ngoral-ngidul tidak tahu kemana. Guru pembimbing yang membawa kami memutuskan pulang. Tapi kami tetap harus menunggu karena kami mendapat berita lagi, kalau rombongan akan segera tiba.

Waktu ashar pun tiba, tapi rombongan yang dituju tidak kunjung tiba. Kami pun mulai bosan, berhubung dulu belum ada HP, kami tidak bisa menghubungi guru pembimbing kami. Akhirnya, kami memutuskan untuk pulang. Tapi yang menjadi masalah adalah, aku sama sekali tidak tahu rute pulang. Aku tidak tahu harus naik apa, dan dimana. Aku hanya mengikut temanku yang katanya tahu jalan pulang. Berhubung uang kami rata-rata sudah seret karena jajan, akhirnya kami berjalan kaki menyusuri pantai menuju halte DAMRI.

Aku masih ingat betapa riangnya kami melewati pantai losari, melihat landak laut yang berlompatan ditiup angin. Ada banyak landak laut. Aku berjalan beriringan dengan dua orang sahabatku sebut saja namanya : lia dan ina. Sementara yang lain sudah mendahului di depan. Aku tidak bisa berjalan terlalu cepat. Karena lia mengalami sesuatu pada kakinya, sehingga dia tidak bisa berjalan cepat. Apalagi dia perlu beristirahat sejenak ketika dia merasa kakinya lelah melangkah. Kami tetap berjalan beriringan sambil tertawa-tawa menghindari landak laut yang lewat di depan kami.

But…something wrong happened

Kami semakin jauh tertinggal, kami berusaha memanggil-manggil, tapi teman-temanku yang berada di depan sudah terlalu jauh. Kami pun mulai panik. Kami berusaha mengejar, tapi kondisi lia tidak memungkinkan. Akhirnya kami pasrah. Kami berjalan sesuai insting saja. Untunglah sebuah DAMRI lewat di depan kami, tanpa pikir panjang kami naik damri itu, walaupun sebenarnya kami tidak tahu DAMRI itu akan kemana. Kami menarik nafas lega karena ternyata kami melewati rombongan teman-teman kami yang lain. Berarti kami tidak salah jalan.

But…something wrong happened again…

DAMRI yang kami tumpangi tiba-tiba melaju sangat cepat seperti kesetanan sampai oleng kehilangan keseimbangan. Orang-orang dalam DAMRI berteriak histeris. Keadaan kocar kacir. Tapi saat itu aku hanya bengong memperhatikan orang yang panik. Lia dan ina sudah berteriak-teriak dan menangis. Perlahan aku sadar, aku melihat sebatang pohon yang menjadi tujuan DAMRI itu, sebentar lagi akan terjadi tabrakan! Bagaimana keadaanku nanti? Apa aku akan mati? Dan penumpang yang lain? Aku panik. Tapi tidak bersuara. Tiba-tiba laju DAMRI melambat…sepersekian detik sebelum tabrakan, DAMRI berhenti. Ternyata kenek DAMRI berhasil mengambil alih kemudi. Pak Sopir mabuk. Kami berebutan keluar DAMRI isak tangis terdengar di mana-mana. Akhirnya, akupun menangis. Aku, lia dan ina berpelukan menangis sesenggukan.

Waktu hampir senja…kami berjalan terseok-seok tidak tentu arah, kami letih, kami benar-benar berantakan. Karena tidak tahu jalan kami memutuskan naik becak bertiga. Padahal kami sendiri tidak tahu seberapa jauh perjalanan kami. Tukang becak itu sepertinya juga tidak tahu. Dan mungkin dia menyesal telah mengangkut kami. Dengan baju bersimbah peluh, dia menerima ongkos yang sebenarnya tidak pantas untuk perjalanan sejauh itu, tapi hanya itu duit kami yang tersisa. Kami pun pulang ke rumah masing-masing.

Keesekokan harinya, kami menemukan kenyataan yang shocking.

Ternyata, teman-teman yang lain meninggalkan kami karena kata-kata seorang teman cewek yang lain. “Udah deh, mereka gak usah ditunggui, mereka juga pasti tahu jalan pulang…” begitu katanya.

Teman yang kami tidak sangka akan berbuat begitu. Padahal dia tahu kondisi lia. Kami pun hanya bisa terdiam mengenang kejadian mengerikan yang menimpa kami kemarin. Sementara teman-temanku meminta maaf karena meninggalkan kami, dia sama sekali tidak bergeming. Mungkin, dia merasa tidak melakukan kesalahan apa-apa. Yah, mungkin dia memang tidak salah. Hanya saja aku benar-benar tidak bisa melupakan kejadian “hampir mati” (menurutku) itu sekaligus tidak bisa melupakan cewek cantik egois itu.


6 comments:

SecretLover said...

Wah, kisahnya yang menarik sekali.
sungguh dramatis... "antara masygul, bikin penasaran, dan menantang...".

ang said...

@goesphin
hehehe iya ... ini... kenangan yang g bisa dilupakan...

SecretLover said...

@Asli orang Mksr to, mbak?

ang said...

yup asli makassar...:) gak pake campuran hehehe

deedz said...

ini sebenarnya bukan cerita sedih kan ?

soalnya pas baca saya sempat senyum-senyum sendiri. teringat cerita2 lucu di benteng rotterdam.

thanks atas postingannya, sebuah hiburan kecil di pagi yang melelahkan !

ang said...

@ deedz hehehe makasih deedz
duh senengnya klo tulisan ini bisa menghibur :)