Friday 22 May 2009

"Menjaga Hati"


Hari ini aku belajar suatu hal tentang etika dalam bergaul. Tentang bagaimana kita seharusnya bisa menjaga perasaan orang lain. Ceritanya begini : pagi ini aku keluar makan bersama teman-teman seruangan (kantor). Pas lewat ruangan lain, seorang teman seruanganku mengajak salah satu teman di ruangan itu sebut saja namanya “A”, “A” pun ikut.

Ternyata, sampai di tempat makan, kami bertemu dengan orang-orang seruangan “A”. Dan salah seorang teman seruangan “A” berkomentar begitu melihatnya : “Yah…A…pembohong, katanya tadi gak mau sarapan karena dah punya sarapan sendiri” Si “A” cuman mesem mendengar komentar itu. Kemudian dia bilang begini pada kami :
A : “Terserah dia mo bilang saya pembohong, saya gak bohong dibilang bohong juga. Sebenarnya tadi saya diajak. Tapi itupun sepertinya saya diajak karena ada seseorang yang gak bisa ikut. Artinya saya jadi pilihan terakhir. Waktu mereka mau pergi pun mereka bisik-bisik, saling kode seolah-olah mereka emang gak mau saya tahu (soalnya emang cuman dia yang gak ikut). Mereka tidak mengajak saya dari awal. Nanti setelah si X gak bisa pergi, mereka baru ngajak saya. Yah saya tolak saja saya bilang dah ada makanan sendiri. Sepertinya mereka memang gak niat ngajak saya, karena caranya begitu. Dan begitu kalian yang ngajak, saya senang karena emang kalian niat tulus ngajak saya.”

Saya hanya diam menyimak kalimat si “A”. Saya berpikir, sering tanpa sadar (atau mungkin sengaja?) kita melakukan hal yang menyakiti orang lain. Seperti yang dilakukan teman seruangan si “A”pada si “A”. Akupun mungkin pernah melakukan hal ini. Menjadikan orang lain sebagai pilihan terakhir untuk kita ajak padahal kita mungkin seruangan di kantor, mungkin kita se geng, teman akrab, teman jalan, atau apalah. Merencanakan sesuatu tanpa melibatkan mereka, sambil bisik-bisik di belakang mereka, tanpa melihat resiko mereka mungkin tahu rencana kita. Mungkin alasan kita adalah karena si A, Si B atau si C itu tidak asik diajak bergaul, atau kurang sreg dengan kita. Mungkin juga tidak bermaksud begitu.Tapi pernahkah kita berpikir tentang perasaan si A, si B atau si C itu? Mungkin kelihatannya dari luar dia cuek saja, tidak peduli. Tapi mereka tetap punya hati kan?

Mungkin basa-basi itu perlu. Ajak saja dia. Kalau memang kita tidak ingin dia ikut, karena ada suatu hal rahasia yang ingin dibicarakan, minta ijinlah sama si A, atau si B atau si C, terlebih kalo mereka adalah orang yang akrab dengan kita. Bisa dengan becanda : “sori ya aku gak ngajak kamu soalnya ada yang mau dibicarakan. RHS.” Jangan pergi diam-diam, karena itu akan membuat ketersinggungan. Apalagi jika si A, si B atau si C merupakan tipe orang yang bisa memaklumi, katakana saja terus terang, dia akan mengerti, kenapa dia tidak dilibatkan.

Atau kalau memang dia menyebalkan, menjengkelkan seperti virus yang harus dihindari, cobalah menekan resiko sekecil mungkin dia tahu rencana kita. Jangan berbisik-bisik dan saling kode, di sekitar dia. Karena menurutku, se menyebalkan dan secuek apapun dia, dia manusia juga, yang masih punya hati, dia pasti akan merasa tersinggung jika dia tahu kita melakukan suatu hal yang semestinya kita bisa melibatkan dia, tetapi kita tidak melakukannya.

Semoga aku juga bisa belajar untuk lebih menjaga perasaan orang lain…

PS : Eh Tapi tahu gak sih ? Pepatah yang bilang : bau busuk akan tercium juga...(bener gak sih begini pepatahnya). Pasti deh kalo kita melakukan sesuatu dengan menghianati orang bakalan ketahuan, bagaimanapun caranya...

2 comments:

Deedz said...

Nice post !
Kayaknya saya msh sering nyakitin hati org deh, minta maap ah !

ANG said...

@deedz
tq deedz 4 commentx...iya nih...kykx kita musti belajar untuk berempati :)